Notice: Test mode is enabled. While in test mode no live donations are processed.

$ 0
Select Payment Method

Maria Londa Memasuki Persiapan Jelang Perlombaan

April 2024
M T W T F S S
1234567
891011121314
15161718192021
22232425262728
2930  

Causes

Medical Aid

GOAL : 1500 $

RAISED : 0 $

VIEW DETAILS

Ethical Support

GOAL : 3457 $

RAISED : 0 $

VIEW DETAILS
Ratu lompat jauh Indonesia Maria Natalia Londa sedang latihan penguatan otot di Stadion Madya Senayan, Jakarta Pusat, Selasa (9/11/2021). Memasuki usia kepala tiga, Maria belum berhenti mengejar prestasi terbaik. Itu tampak dari upaya atlet kelahiran Denpasar, Bali, ini dalam menjajal teknik baru untuk membuka peluang bisa mencatat lompatan lebih baik, tak terkecuali bisa melampaui rekor nasional yang dipecahkannya saat berusia 24 tahun. Untuk bisa mempraktikkan teknik itu, Maria perlu memperkuat sejumlah otot, terutama di paha, pinggul, dan perut. KOMPAS/ADRIAN FAJRIANSYAH

Tepat sebulan seusai Pekan Olahraga Nasional atau PON Papua 2021 yang berakhir 15 Oktober, ratu lompat jauh Indonesia Maria Natalia Londa sudah kembali bersiap jelang lomba. Pada 3-5 Desember, atlet berusia 31 tahun itu akan tampil pada Golden Fly Series 2021, seri kejuaraan dunia khusus nomor lompat dan loncat.

 

Dalam latihan di Stadion Madya Senayan, Jakarta Pusat, Senin (15/11/2021) pukul 06.00-08.00 WIB, Maria memulai persiapan jelang lomba dengan mencoba teknik start baru di lintasan. Dari masukan konsultan kepelatihan dari Amerika Serikat Harry Marra, Maria disarankan mengubah teknik start dari berdiri di titik start menjadi ancang-ancang lari 5 meter sebelum titik start.

 

Teknik itu diharapkan membantu Maria mendapatkan kecepatan lebih tinggi sehingga bisa menambah energi untuk melompat lebih jauh. Kalau teknik start baru dan dua teknik baru lainnya bisa diterapkan dengan baik, Maria diyakini bisa melampaui rekor nasional atas namanya sendiri. 6,70 meter yang dicetak saat meraih emas SEA Games Singapura 2015.

 

Dari tiga percobaan pada latihan tersebut, Maria berusaha menyesuaikan diri dengan teknik baru dan belum melakukan lompatan atau mendarat di bak pasir. ”Ini baru pertama kali saya mencoba teknik start baru di atas lintasan. Tadi, rasanya agak aneh pas percobaan pertama. Tapi, pada percobaan kedua dan ketiga, saya sudah mulai terbiasa,” ujar Maria.

 

Menurut Maria, ini adalah permulaan menjalani persiapan jelang lomba. Jadi, sifatnya perkenalan dahulu. Apalagi dirinya baru saja menjalani puncak performa dalam PON Papua dan istirahat setelah PON. ”Ini transisi menuju pematangan program baru untuk menghadapi agenda padat di tahun depan,” ujarnya. Tahun  2022, tim atletik bersiap mengikuti SEA Games Vietnam 2021 pada Mei 2022, Islamic Solidarity Games Konya, Turki 2022 pada Agustus, dan Asian Games Hangzhou 2022 pada September.

 

Pelatih sekaligus suami Maria, I Made Sukariata, menuturkan, pada latihan ini, Maria masih mencoba mencari titik nyaman dalam mempraktikkan teknik start baru tersebut. ”Kalau sudah mendapatkan titik nyaman, baru nanti teknik start baru ini bisa dilanjutkan dengan melompat,” katanya.

 

Tes parameter

 

Selain mencoba teknik start baru di lintasan, Maria pun menjalani tes parameter untuk mengetahui kesiapan fisiknya, mulai dari kekuatan tubuh bagian bawah, bagian atas, hingga reaksi. Dari 10 tes parameter, enam tes telah dilakukan, yakni standing board jump (lompat papan berdiri), vertical jump (lompatan vertikal), 10 kali bounding (melompat-lompat), lari cepat 30 meter, dan lari cepat 60 meter.

 

”Ini tes rutin yang sangat penting untuk mengukur kesiapan atlet untuk menjalani program latihan baru yang bersifat jangka panjang. Tes seperti ini dilakukan lagi tiga bulan yang akan datang untuk mengetahui peningkatan atau perkembangan fisik atlet,” jelas Made.

 

Made mengutarakan, tes parameter itu juga bisa dijadikan tolok ukur kemampuan Maria pada ajang Golden Fly 2021. Secara keseluruhan, dari enam tes tersebut, kondisi Maria sudah mencapai 80 persen dari kemampuan terbaiknya. Artinya, Maria siap untuk berlomba.

 

”Dengan latihan ini, kami sekalian mencari data sejauh mana fisik Maria sekarang. Dari itu, kami bisa memperkirakan Maria bisa melompat sejauh mana dalam Golden Fly nanti,” ungkapnya.

Ini baru pertama kali saya mencoba teknik start baru di atas lintasan. Tadi, rasanya agak aneh pas percobaan pertama. Tapi, pada percobaan kedua dan ketiga, saya sudah mulai terbiasa.

 

Namun, dalam perlombaan itu, Maria menyampaikan, dirinya kemungkinan tidak mencapai 100 persen. Apalagi dia memang tidak ada target khusus di kejuaraan tersebut, melainkan menjadi kesempatan untuk mengembalikan atmosfer persaingan internasional setelah dua tahun vakum karena pandemi Covid-19.

 

”Untuk membuat performa puncak dalam waktu yang mepet memang lumayan sulit. Belum lagi, saya baru menjalani PON Papua dan informasi mengenai lomba itu baru didapatkan awal bulan ini. Kalau memaksa optimal di kejuaraan tersebut, tahapan latihannya tidak sesuai sehingga berpotensi cedera,” tutur Maria.

 

Pengurus memahami

 

Pelatih kepala pelatnas Pengurus Besar Persatuan Atletik Seluruh Indonesia (PB PASI) Agustinus Ngambel menjelaskan, pihaknya tidak menuntut Maria untuk segera menguasai teknik baru di Golden Fly. Mereka menyadari bahwa untuk menguasai teknik baru butuh waktu adaptasi yang cukup.

 

”Proses adaptasi ini sangat bergantung dengan pemahaman dan pengalaman atlet maupun pelatihnya. Tapi, dengan pengalaman dan kemampuannya, Maria mudah-mudahan bisa cepat menguasai teknik baru tersebut,” ujarnya.

 

Yang jelas, Agustinus mengatakan, Harry memberikan dorongan Maria mengubah beberapa teknik karena alasan kuat yang dilandaskan sport science. Kalau bisa menguasainya dengan baik, Maria berpeluang menjadi lebih baik walau secara usia tidak muda lagi. ”Tak terkecuali, Maria mungkin bisa memecahkan rekor nasional atas namanya sendiri,” katanya.

 

Sementara itu, mulai pekan ini, tim sprint memasuki awal latihan persiapan umum. Sehabis masa pemulihan fisik dan mental pada 25 Oktober-1 November, serta pengondisian ulang fisik selama 2-14 November, para atlet kembali latihan teknik di lintasan. Mereka berlari 60 meter dengan teknik yang baik dan benar sebanyak enam kali dalam dua sesi.

 

”Program itu untuk mengembalikan fisik dan teknik atlet tetapi dengan intensitas rendah. Tujuannya untuk mengevaluasi kekurangan mereka selama PON Papua dan menghilangkan semua kebiasaan buruk yang bisa berdampak besar di masa depan, terutama kebiasaan melepas kecepatan sebelum finis,” pungkas Agustinus.

 

Sumber : Kompas.id

Tags :